Lukman Abunawas dan Sengkuni Dalam Pilgub Sultra 2024

Oleh : La Ode Muhammad Rabiali

UfukNews. Com, KENDARI – Pendiri Yayasan KARST Indonesia La Ode Muhammad Rabiali menggambarkan sikap Lukman Abunawas dalam pemilihan Gubernur Sulawesi Tenggara 2024, persis seperti Sengkuni dalam kisah Mahabarata.

Sengkuni adalah paman dari para Kurawa yang menjadi tokoh antagonis dalam cerita Mahabarata. Sengkuni memiliki sifat yang cerdas tapi licik, haus akan kekuasaan, dan tidak ragu menghianati temannya sendiri. Sengkuni pulalah yang menghasut Duryudana hingga akhirnya pecah Perang Baratayuda.

” MEMALUKAN” Itu kata yang tepat disematkan untuk Lukman Abunawas. Belum selesai lelahnya perjuangan Timses dan relawan Lukman Abunawas – La Ode Ida (berakronim LA IDA) untuk Pilgub SULTRA 2024, Lukman Abunawas dengan tega, dan diam-diam tanpa konfirmasi bertemu dengan Andi Sumangeruka (ASR). Ini bukan saja penghinaan, melainkan wujud nyata pengkhianatan pada Timses, relawan dan partai pendukung.

Ada apa sebenarnya dengan Lukman Abunawas ? Kenapa tiba-tiba beliau diam tanpa konfirmasi melakukan pertemuan dengan Andi Sumangeruka dimana pada saat yang sama Timses dan relawannya belum selesai bekerja ?. Kenapa Lukman Abunawas, tidak bisa menahan diri untuk tidak berkompromi dahulu terhadap ASR sebagai pemenang hasil Quick Count sembari menunggu hasil evaluasi tim dan rilis resmi KPU ?.

Hanya ada 3 alasan yang bisa dikemukakan dari pertemuan itu. Pertama, ada disharmonisasi dalam tim pemenangan LA IDA. Ketidakharmonisan ini bisa dipicu oleh banyak hal yang memperhadapkan Timses dan relawan masing-masing Paslon yang berkonsekuensi pada berjalannya tim tanpa struktur, sistem, dan arah yang jelas.

Problem seperti ini biasanya dipicu oleh ketidakjelasan finansial terkait siapa membiayai apa. Dalam konteks itu kecil kemungkinan tim akan retak ditengah jalan, melainkan diujung perjuangan dan dimenit akhir masa kampanye hingga salah satu Paslon berpotensi khianat karena ketidakberdayaan. Dan ini mungkin yang dilakukan oleh Lukman Abunawas dibalik layar yang tergambar dari pertemuan dan pelukan mesranya dengan ASR 1 Desember 2024 kemaren.

Kedua, dimasa-masa akhir kampanye, Lukman Abunawas sesungguhnya sadar bahwa berdasarkan hasil survey suaranya bersama La Ode Ida tidak cukup mampu mengalahkan ASR-Hugua. Dengan demikian barangkali Lukman Abunawas “menjual” suaranya pada ASR.

Jika dugaan ini benar maka tidak mengherankan jumlah suara ASR dibasis-basisnya Lukman Abunawas sangat signifikan termasuk di Konawe yang menjadi basis utama LA. Apalagi diakhir masa kampanye berhembus kabar bahwa Lukman Abunawas buang handuk, tidak bergerak, hening dan menjauh dari Timses dan relawan.

Ketiga, Lukman Abunawas kemungkinannya panik atas bisnis gelap maupun legal atas kepemilikan tambang miliknya dan/ atau anaknya. Untuk mengamankan bisnis itu mendukung ASR yang sudah nyata menang adalah rasional dan menjadi satu keharusan, dimana pada sisi yang lain ASR pastinya membutuhkan partai pendukung diparlemen provinsi, masyarakat lokal dan adat untuk mengamankan kebijakan dari berbagai gangguan yang akan muncul, khususnya dari gerakkan Nur Alam dan kelompoknya yang fanatik. Dalam konteks itu menggandeng dan menyuapi Lukman Abunawas adalah tepat mengingat posisi dan kedudukan LA adalah bukan saja sebagai Ketua DPD PDIP Sulawesi Tenggara yang punya 6 kursi di DPRD Provinsi, melainkan juga sebagai Raja Konawe dan Ketua Pembina Masyarakat Adat Tolaki.

Jika benar dugaan ini, maka tindakan LA itu bukan saja tidak beradab melainkan tidak bisa ditolerir, dan semestinya dikenakan sanksi atas makna filosofi adat Tolaki ” Inae Kona Sara Iye Pinesara, Inae Liasara Iye Pinekasara,”

Terlepas dari persoalan itu, Masyarakat Tolaki harus sadar bahwa kehadiran ASR sebagai orang bugis pertama yang menjadi Gubernur Sulawesi Tenggara akan berdampak secara langsung pada mereka sebagai masyarakat asli daratan dibanding kepulauan.

Ini terkait dengan aset sumberdaya alam khususnya Tambang Nikel, dimana Sultra menjadi salah satu penghasil nikel terbesar di Indonesia dengan luas mencapai 198.624,66 hektar. Dari luasan itu paling banyak ada di Kolaka Raya dan sebagian ada di Konawe Raya dan Bombana.

Nilai finasial tambang inilah yang menjadi Magnet bagi ASR untuk menguasai Sulawesi Tenggara. Dengan membiarkan elit lokal seperti Lukman Abunawas berkolaborasi dengan ASR untuk kepentingan pribadi maka tidak saja menghancurkan sumberdaya alam wilayah daratan, melainkan juga mengancam eksistensi masyarakat adat Tolaki, yang dalam jangka panjang akan terus dikuasai oleh pendatang dengan skema pecah belah. Karenanya tindakan Lukman Abunawas yang serta merta melakukan pertemuan dengan ASR ditengah duka dan luka Timses, relawan dan partai pendukung, harus disikapi secara tegas sebagai bentuk hinaan dan penghianatan yang jauh dari nilai-nilai kemanusiaan.

Pertanyaannya, haramkah Lukman Abunawas atau kita menolak ASR sebagai pemenang ? Jawabannya sangat tegas Tidak. Tapi mestinya itu dilakukan pada waktu yang tepat, sesuai, bertanggungjawab dan beradab. Tidak ada musuh yang abadi dalam politik. Yang ada adalah kesepakatan dan kepentingan para aktor. Politik bukan soal menang dan kalah, suka atau tidak suka melainkan didalamnya ada etika dan moral yang harus ditegakkan. Dan dalam konteks itu, tindakan Lukman Abunawas yang menemui ASR yang baru 4 hari pemilihan secara diam-diam, tidak lebih daripada pertunjukan Sengkuni dalam pentas PILGUB Sultra 2024.

Untuk diketahui, La Ode Muhammad Rabiali adalah pemerhati lingkungan hidup dan kandidat Doktor IPB University. Pernah bekerja di Lembaga International ZSL London Inggris (Rls)

Pos terkait